About

Senin, 26 Juli 2010

Sejarah Ketentaraan Dalam Dunia Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Organisasi dan taktik militer menjadi sebuah kekuatan. Pemerintahan pada masa Abbasiyah, memiliki kekuatan itu sebagai penopang eksistensi mereka. Tentunya, selain pencapaian ilmu pengetahuan di berbagai bidang yang melahirkan decak kagum, organisasi dan taktik militer yang saat itu dikembangkan diakui efektivitasnya oleh pihak lain.

Buku Art of War, yang ditulis seorang sarjana bernama Charles Oman, mengungkapkan, dua hal yang membuat orang-orang Islam yang dipanggil dengan sebutan Saracen pada abad ke-10 menjadi musuh berbahaya, adalah jumlah dan kekuatan mesin perang luar biasa. Pengakuan atas kekuatan militer itu, terungkap pula dalam sebuah naskah tentang taktik militer yang dikaitkan pada Raja Leo VI. Ia berkuasa pada 886 hingga 912 Masehi. Menurut dia, dari semua bangsa atau berber, orang-orang Islam adalah yang paling baik dan paling hebat dalam taktik militernya.

Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, militer dibangun dengan mengandalkan pasukan Persia, bukan Arab. Bahkan, pasukan pengawal istana yang menjadi mesin militer terkuat kebanyakan diambil dari pasukan Khurasan. Saat itu, pasukan Arab dibagi menjadi dua divisi, yaitu Arab Utara yang berasal dari Mudhar.

Divisi lainnya adalah Arab Selatan yang berasal dari Yaman. Khalifah al Mu'tashim, di suatu hari membentuk divisi baru. Orang-orang Turki direkrut untuk mengisi divisi tersebut. Mereka berasal dari Farqanah dan sejumlah wilayah Asia Tengah lainnya. Meski pada akhirnya, divisi baru ini menjadi batu sandungan.

Seiring bergulirnya waktu, terutama setelah Khalifah Al-Muntashir, yang berkuasa antara 861 hingga 862 Masehi, mangkat, orang-orang Turki yang tergabung dalam divisi baru itu mulai memainkan peran mereka sebagai bagian dari pasukan pemerintah yang berpengaruh besar dalam urusan kenegaraan.

Dinasti Abbasiyah, mengadopsi sistem yang dikembangkan pihak lain dalam mengembangkan organisasi militernya, terutama saat membentuk pola pasukan. Mereka mengambilnya dari Romawi dan Bizantium, yang menempatkan 10 prajurit di bawah kendali satu orang yang disebut a'rif. Sama seperti decurion dalam militer Romawi.

Sedangkan, 50 prajurit di bawah komando seorang khalifah, 100 prajurit di bawah komando seorang qa'id, dan 10 ribu pasukan yang terdiri atas 10 batalion di bawah komando seorang amir atau jenderal. Pasukan yang terdiri atas 100 orang membentuk sebuah skuadron dan beberapa skuadron membentuk sebuah unit.

Tak hanya untuk pertahanan, Dinasti Abbasiyah memanfaatkan pasukannya untuk meredam berbagai pemberontakan yang terjadi di berbagai wilayah, seperti di Persia, Suriah, dan Asia Tengah. Selain itu pasukannya juga dikirim untuk berperang melawan kekuatan Bizantium.

Menurut Philip K Hitti dalam History of the Arabs, sistem organisasi militer kekhalifahan Arab, pada umumnya tak mempunyai pasukan reguler dalam jumlah besar. Bahkan, pasukan pengawal khalifah yang disebut haras mungkin merupakan satu-satunya pasukan tetap yang masing-masing mengepalai sekelompok pasukan.

Terdapat pasukan bayaran dan sukarelawan serta beberapa pasukan yang berasal dari beragam suku dan distrik. Pasukan sukarelawan yang karib dengan sebutan mutathawwi'ah dibayar saat mereka sedang bertugas. Biasanya, pasukan ini beranggotakan orang-orang badui, petani, dan penduduk kota.

Pasukan tetap yang bertugas aktif, biasanya disebut sebagai murtaziqah. Mereka dibayar secara berkala oleh pemerintah. Sedangkan pasukan pengawal istana, memperoleh bayaran lebih tinggi dibandingkan pasukan lainnya. Mereka juga mengenakan seragam bagus dan dipersenjatai secara lengkap.

Namun, pada masa awal tampuk pemerintahan Dinasti Abbasiyah, mereka telah memiliki pasukan reguler, yang terdiri atas pasukan infanteri atau harbiyah yang dipersenjatai dengan tombak, pedang, dan perisai. Juga, ada pasukan panah (ramiyah) dan kavaleri (fursan), yang bersenjatakan tombak panjang dan kapak.

Perlengkapan lainnya yang mereka kenakan adalah pelindung kepala dan dada. Terkait dengan tingkat gaji, ratarata gaji yang diterima pasukan infanteri sekitar 960 dirham per tahun.
Mereka juga mendapatkan tambahan santunan rutin. Sedangkan, pasukan kavaleri mendapatkan gaji dua kali lipat dari gaji pasukan infanteri.

Pada masa Khalifah Al-Ma'mun, saat dinasti ini mencapai puncak kejayaan kekuasaannya, pasukan yang bermarkas di Baghdad, Irak, mencapai jumlah 125 ribu. Saat itu, pasukan infanteri hanya menangguk gaji sebesar 240 dirham per tahun. Namun, pasukan kavaleri tetap saja diberi gaji dua kali lipat dibandingkan mereka. Sejumlah terobosan Sejarawan Ibnu Khaldun dan AlThabari mengisahkan, saat tampuk kekuasaan di tangan Al-Mutawakil, pasukannya diajari membawa pedang di pinggang, layaknya gaya para pasukan Persia. Saat itu, orang-orang Arab telah terbiasa membawa pedang di punggungnya.

Sang khalifah, memerintahkan pasukan panah membawa pelontar, berpakaian antiapi, dan bertugas melontarkan bahan-bahan mudah terbakar ke area pasukan musuh. Para arsitek pembuat alat pelontar dan pendobrak ditugaskan untuk menemani pasukan di medan pertempuran.

Ada seorang arsitek terkenal bernama Ibn Shabir al-Manjaniqi yang hidup pada abad ke-11, pernah membuat sebuah karya tentang seni peperangan serta teknik peperangan yang diuraikannya secara sangat terperinci. Di sisi lain, Khalifah Harun alRasyid merupakan khalifah pertama memiliki ide pembuatan ambulans.

Ambulans ini digunakan untuk merawat personel pasukan yang terluka saat bertempur di medan peperangan. Ambulans pada masa itu berbentuk gerobak yang ditarik oleh unta. Di dalam gerobak tersebut, terdapat berbagai macam jenis obat untuk mengobati luka-luka para pasukan perang.
Red: irf
Rep: dyah ratna meta novi
http://www.lintasberita.com/go/534755

Aku Rindu....(SMP IT AL HUDA's Big Family)

Assalamualaikum….
Bismillahirahmanirahim…
*Catatan hati anak V-Mozart

A-K-U R-I-N-D-U

Aku Rindu…
Rasaitu bargejolak mengamuk saat ku langkahkan kaki ini pergi
Air mata tak terasa ikut membanjiri langit – langit pipi
Izinkanlah aku mengucap seluruh kerinduaku!!


Aku Rindu….
Senyum Lesung pipi Ustadz Moko yang tanpa arti (tadinya ditulis njeglong sama Afiifah tadz!) *:,(*

Aku Rindu…
Bergetarnya hatiku mendengar suara merdu Ustadz Ito’

Aku Rindu…
Kebiasaan Ustadzah Esti yang berkata, “Inilah jawabannya…”

Aku Rindu…
Gelagak ketawa Ustadz Eko yang membuatku sakit perut!

Aku Rindu…
Kata “Ayyuwah!” yang sering hadir di setiap kalimat perkataan Ustadz Parmanto

Aku Rindu…
Ustadz Mustaqim yang tiba – tiba mukul kepalaku dari belakang

Aku Rindu…
Ketika ragaku terasa merinding dengan kata – kata indah yang dilontarkan Ustadzah Arum

Aku Rindu…
Kerudung maniz yang selalu dipakai Ustadzah Rusmini

Aku Rindu…
Curahan perhatian yang selalu diberikan Ustadz Sumidi.. (terutama traktirannya.. :X) *sstt gak boleh bka aib!!* (Kan jujur?)

Aku Rindu…
Geramnya Ustadz Adi menghadapi tingkah murid – muridnya (*juga nasyid Thala’al Badr yang dinyanyikannya…*)

Aku Rindu…
Ucapan lembut Bahasa Jawa Ustadz Marno sebagai contoh untuk murid – muridnya

Aku Rindu…
Komentar Ustadz Sriyono, “Sekali – kali kalau buat jaket jangan gambar tengkorak tapi gambar ibu sedang
berdo’a!” (Do’ain aja! Semoga ide unix itu bisa di wujudkan….) *hhaaa..miiinnn ^logat jawa^*

Aku Rindu…
Ustadz Budi yang selalu memergoki kita makan di kelas meski udah sembunyi – sembunyi (peace ustdz/dzah) *bongkar aib mlulu nich…* (kan idemu?!)

Aku Rindu…
KeOtoriteran dan Kedisiplian Ustadz Herry yang belum tertandingi

Aku Rindu…
Senyum Keibuan Ustadzah Dwi yang menentramkan hati

Aku Rindu…
Untuk selalu menyirami kembang kempis hidung Ustadz Supri (afwan ea tadz…??? Afiifah yg nulis! Peace ea fah?!) * Jahhhhaaddd XP *

Aku Rindu…
Ketika harus memakai payung saat pelajaran Ustadz Yudi(Ups…Afwan tadz??? Nie juga karya Afiifah tadz! Sorry fah…) *Haassssnaaa! Awas ea!*

Aku Rindu…
Ketabahan Ustadz Fajar ngajar anak – anak kurang dihajar ini (perasaan gak dech? Hmm…) *Btul..btul..btul* (Apanya yang btul?)

Aku Rindu…
Kesabaran Ustadzah Unni mengurus kita (*Thanks ea ustdzh..*)

Aku Rindu…
Senyum yang selalu terukir di wajah Ustadzah Iffah meski kita males – malesan (sebenernya low lagie gak mood ja lho ustdzah!) *buat alibi euy..* (yang sering ketemu kan kamu!) *T,T*

Aku Rindu…
Kelembutan Ustadzah Lestari ditiap kata – katanya

Aku Rindu…
Lelucon Ustadzah Asih yang gak pernah basi (selalu ada new story..) *yo’i*

Aku Rindu…
Ustadz Tarno yang kebingungan nata snack kalau ikhwan mulai pada curang

Aku Rindu…
Sapaan Ustadz Darno tiap ketemu

Aku Rindu…
Aksi Ustadz Rofiq yang lagi bingung

Aku Rindu…
Pelajaran Ustadz Roqibin yang sebenarnya asyik

Aku Rindu…
Pengorbanan Ustadz Arif untuk isterinya

Aku Rindu…
Nasihat dari Ustadzah IPS

Aku Rindu…
Mbak Tia bingung low gak ada motor untuk periksa

Aku Rindu…
Motivasi Mas Agus yang gak pernah henti meski kadang aku gak nymbung! (Afiifah ithu..) *arrrrggghh…*

Aku Rindu…
Kelebayan Mas Edi yang buat ngakak

Aku Rindu…
Keragaman anak MOSVOGI (*konyol, asyik, smart, bijak, care 5 kita, unix dech pokoknya..*)

Aku Rindu…
Berantem dangan anak GZG (*waktu yg terbuang sia”*)

Aku Rindu…
Adekku NM (niswah mufidah) yang cantik dan multi talent (*Jangan GeEr ea!*)

Aku Rindu…
Ide” ajib ikhwan angkatan ke-3

Aku Rindu…
Kekonyolan ikhwan angkatan 4 yg lari terbirit – birit kalo liat V-MOZART

Aku Rindu…
Tangisan VAMOZTA saat kita ngucapin selamat tinggal

Aku rindu…
Suka – duka V-MOZART *yang nie ug dikiet?* (low dipanjangin gak cukup 3 taun cahaya!) *3 taun cahaya?* (payah lu! Gitu ja gak tau! Padahal tadinya aku mau nannya! ?,? ) *Cape Dech..! Xp*

*ehm..* Dan yang pasti aku akan merindukan kehidupan espida saat itu…
Saat dimana Canda Tawa menyapa..
Saat dimana Suka Duka menyelinap masuk ke relung jiwa..
Saat – saat yang kan ku ingat dalam memori otakku..

Sungguh, ini semua tak akan indah tanpa adanya kalian
Tapi, maaf jika kata – kata diatas terlampau menyakitkan
Ini hanyalah kenangan masa lalu dalam ingatan
Insyaallah semua kebaikan tak akan terlupakan



= SUKRON JAZAKILLAH ATAS SEMUANYA=
Wonogiri, 23:04 July 7th 2010


* Afiifah Abiidah*
with
(Fatimah_Kan Edicted)

*Wassalam…